KANGKUNG INDONESIA
Ada satu adegan yang harus aku ceritakan
Aku sampaikan
Dulu, sewaktu kecil
Pagi-pagi sekali Ibuku bangun
Meninggalkan anak-anaknya dengan sayur kangkung di keranjangnya
Seperti biasanya aku akan ikut terjaga
Meminta untuk ikut, atau sekedar mengantarnya
Pasar, begitulah kami menyebutnya
Bukan Mall dengan super market atau hyper market yang menyebutnya saja aku salah
Kumuh tapi gagasan utama agar perekonomian tidak jatuh
Kotor, tapi lebih mulia daripada uang-uang yang dihasilkan koruptor
Bau, ah, hidung kami terlalu tebal untuk mencium sesuatu yang kami anggap lebih suci daripada aroma kebohongan
Maka, hingga saat ini
Aku akan lebih bangga membawa sayur daripada botol-botol anggur
Aku akan lebih mulia dengan menenteng plastik hitam tanpa iklan bertuliskan alamat di mana aku berbelanja
Siapapun boleh masuk ke Indonesia, apapun boleh diperjualbelikan di Indonesia
Tapi tidak ada Negara yang boleh membawa tanpa izin budaya masyarakat yang ada
Tidak boleh ada Negara yang mengaku-ngaku membuat produk yang sama dengan hasil jerih payah putra bangsa kita
Demokrasi itu sederhana,
Pasar bebas jangan dimaknai bahwa kenikmatan kangkung akan digantikan sandwich, hot dog, hamburger, atau pizza
Ibuku bilang, sampai kapanpun tidak akan ada sayur mayur yang lebih hijau daunnya melebihi hasil olah tanah Indonesia
Sampai kapanpun, tidak akan ada nasi harumnya melebihi yang diberi pengairan dari tanah air Indonesia
Sampai kapanpun,
Sampai kapanpun,
Tidak ada,
Dan tak kan ada.
Indonesia, 2011